Cerita Pendek Sedih Cinta
Assalamualikum. Kali ini kita akan memposting Cerita pendek
sedih cinta menjadi topik yang akan dishare disini kali ini yang mana banyak
sekali sekarang ini cerita-cerita yang bisa menjadi alternatif buat
dibaca,seperti cerita sex untuk anda yang telah dewasa dan tentunya
ada juga cerita dewasa yang khusus 18+ keatas.dan yang akan
disediakan disini buat anda adalah cerita pendek sedih cinta.
Mengalami kesedihan karena cinta sah-sah saja,namun jika
mengalami kesedihan jangan sampai berlarut-larut sehingga merugikan dan untuk
membantu anda mendapatkan cerita pendek sedih cinta,maka langsung saja disimak
ceritanya dibawah ini.
Foto Via : felipepierantoni.blogspot.com
Berikut adalah cerita pendek sedih cinta :
Sekitar dua puluh tahun yang lalu, Ami sedang menjalankan
semester terakhir dan berusaha menyelesaikan skripsi. Disaat itu pula, 2 minggu
yang akan datang, Ami akan dipersunting oleh seorang pria yang bernama Iman
(bukan nama sebenarnya).
Ami dan Iman telah berpacaran selama 7 tahun. Iman merupakan
teman SD Ami. Mereka telah kenal selama 14 tahun. Masa 7 tahun adalah masa
pertemanan, dan kemudian dilanjutkan ke masa pacaran. Mereka bahkan telah
bertunangan dan 2 minggu ke depan, Ami dan Iman akan melangsungkan ijab kabul.
Entah mimpi apa semalam, tiba-tiba Ami dikejutkan oleh suatu
berita.
Adiknya Iman: Mbak Ami, Mbak Ami. Mas Iman…Mas Iman….kena
musibah!
Ami: Innalillahi wa inna illahi roji’un…
Saat itu Ami tidak mengetahui musibah apa yang menimpa Iman.
Kemudian sang adik melanjutkan beritanya…
Adiknya Iman: Mas Iman…kecelakaan…dan..meninggal…
Ami: Innalillahi wa inna illahi roji’un…
…dan Ami kemudian pingsan…
Setelah bangun, Ami dihadapkan oleh mayat tunangannya. Ami
yang shock berat tak bisa berkata apa-apa. Bahkan tidak ada air mata yang
mengalir.
Ketika memandikan jenazahnya, Amit terdiam. Ami memeluk
tubuh Iman yang sudah dingin dengan begitu erat dan tak mau melepaskannya
hingga akhirnya orang tua Iman mencoba meminta Ami agar tabah menghadapi semua
ini.
Setelah dikuburkan, Ami tetap terdiam. Ia berdoa khusyuk di
depan kuburan Iman.
Sampai seminggu ke depan, Ami tak punya nafsu makan. Ia
hanya makan sedikit. Ia pun tak banyak bicara. Menangis pun tidak. Skripsinya
terlantar begitu saja. Orangtua Ami pun semakin cemas melihat sikap anaknya
tersebut.
Akhirnya bapaknya Ami memarahi Ami. Sang bapak sengaja
menekan anak tersebut supaya ia mengeluarkan air mata. Tentu berat bagi Ami
kehilangan orang yang dicintainya, tapi tidak mengeluarkan air mata sama
sekali. Rasanya beban Ami belum dikeluarkan.
Setelah dimarahi oleh bapaknya, barulah Ami menangis.
Tumpahlah semua kesedihan hatinya. Setidaknya, satu beban telah berkurang.
…tiga bulan kemudian…
Skripsi Ami belum juga kelar. Orangtuanya pun tidak
mengharap banyak karena sangat mengerti keadaan Ami. Sepeninggal Iman, Ami
masih terus meratapi dan merasa Iman hanya pergi jauh. Nanti juga kembali,
pikirnya.
Di dalam wajah sendunya, tiba-tiba ada seorang pria yang
tertarik melihat Ami. Satria namanya (bukan nama sebenarnya). Ia tertarik
dengan paras Ami yang manis dan pendiam. Satria pun mencoba mencaritahu tentang
Ami dan ia mendengar kisah Ami lengkap dari teman-temannya.
Setelah mendapatkan berbagai informasi tentang Ami, ia coba
mendekati Ami. Ami yang hatinya sudah beku, tidak peduli akan kehadiran Satria.
Beberapa kali ajakan Satria tidak direspon olehnya.
Satria pun pantang menyerah, sampai akhirnya Ami sedikit
luluh. Ami pun mengajak Satria ke kuburan Iman. Disana Ami meminta Satria minta
ijin kepada Iman untuk berhubungan dengan Ami. Satria yang begitu menyayangi
Ami menuruti keinginan perempuan itu. Ia pun berdoa serta minta ijin kepada
kuburan Iman.
Masa pacaran Ami dan Satria begitu unik. Setiap ingin pergi
berdua, mereka selalu mampir ke kuburan Iman untuk minta ijin dan memberitahu
bahwa hari ini mereka akan pergi kemana. Hal itu terus terjadi berulang-ulang.
Tampaknya sampai kapanpun posisi Iman di hati Ami tidak ada yang menggeser. Tetapi
Satria pun sangat mengerti hal itu dan tetap rela bersanding disisi Ami,
walaupun sebagai orang kedua dihati Ami.
Setahun sudah masa pacaran mereka. Skripsi Ami sudah selesai
enam bulan yang lalu dan ia lulus dengan nilai baik. Satria pun memutuskan
untuk melamar Ami.
Sebelum melamar Ami, Satria mengunjungi kuburan Iman
sendirian. Ini sudah menjadi ritual bagi dirinya. Disana ia mengobrol dengan
batu nisan tersebut, membacakan yasin, sekaligus minta ijin untuk melamar Ami.
Setelah itu Satria pulang, dan malamnya ia melamar Ami.
Ami tentu saja senang. Tapi tetap saja, di hati Ami masih
terkenang sosok Iman. Ami menceritakan bagaimana perasaannya ke Satria dan
bagaimana posisi Iman dihatinya. Satria menerima semua itu dengan lapang dada.
Baginya, Ami adalah prioritas utamanya. Apapun keinginan Ami, ia akan menuruti
semua itu, asalkan Ami bahagia.
Ami pun akhirnya menerima lamaran Satria.
…beberapa bulan setelah menikah…
Di rumah yang damai, terpampang foto perkawinan Ami dan
Satria. Tak jauh dari foto tersebut, ada foto perkawinan Ami ukuran 4R. Foto
perkawinan biasa, namun ada yang janggal. Di foto tersebut terpampang wajah Ami
dan Iman.
Ya, Ami yang masih terus mencintai Iman mengganti foto
pasangan disebelahnya dengan wajah Iman. Foto itupun terletak tak jauh dari
foto perkawinan Satria dan Ami. Sekilas terlihat foto tersebut hasil rekayasa
yang dibuat oleh Ami. Namun Satria mengijinkan Ami meletakkan foto tersebut tak
jauh dari foto perkawinan mereka.
Bagaimanapun Ami tetap akan mencintai Iman sekaligus
mencintai Satria, suami tercintanya. Dan Satria merupakan pria yang memiliki
hati sejati. Baginya, cinta sejatinya adalah Ami. Apapun yang Ami lakukan, ia
berusaha menerima semua keadaan itu. Baginya tak ada yang perlu dicemburui dari
batu nisan. Ia tetap menjalankan rumah tangganya dengan sakinah, mawaddah dan
warramah, hingga saat ini…
Mendengar cerita diatas, terus terang saya merasa sedih,
terharu, sekaligus miris. Saya kagum dengan sosok Satria yang ternyata
benar-benar mencintai Tante Ami. Saya juga mengerti kepedihan Tante Ami ketika
ditinggalkan tunangannya. Tentu rasanya sulit ditinggalkan oleh orang yang
sudah membekas dihati.
Akankah ada pria-pria seperti Satria? Saya harap semoga
banyak pria yang akan tetap setia kepada seorang wanita, menerima mereka apa
adanya.
0 komentar:
Post a Comment
BERKOMENTAR SESUAI PERLUNYA. MEMPUNYAI PERTANYAAN ATAU PERMINTAAN, SILAHKAN KOMENTAR