Wednesday 30 October 2013

, ,

Komunikasi Efektif dan Faktor Yang Menentukannya

Nama      : MUHAMMAD FAUZARRAHMAN
Lokal      : A
NPM      : -
MK         : Komunikasi  Kesehatan.

Soal.
1. Apa yang di maksud dengan komunikasi efektif..?
                Jawaban :  Komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude  change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam proses komunikasi.
Tujuan Komunikasi Efektif
Tujuan dari Komunikasi Efektif sebenarnya adalah memberi kan kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi sehingga bahasa yang digunakan oleh pemberi informsi lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penerima informasi, atau komunikan. tujuan lain dari Komunikasi Efektif adalah agar pengiriman informasi dan umpan balik atau feed back dapat seinbang sehingga tidak terjadi monoton. Selain itu komunikasi efektif dapat melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik.
Menurut Mc. Crosky Larson dan Knapp mengatakan bahwa komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya antara komunikator dan komunikan dalam setiap komunikasi. Komunikasi yang lebih efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan terdapat persamaan dalam pengertian, sikap dan bahasa. Komunikasi dapat dikatakan efektif apa bila komunikasi yang dilakukan dimana :

1. Pesan dapat diterima dan dimengerti serta dipahami sebagaimana yang dimaksud oleh pengirimnya.

2. Pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat disetujui oleh penerima dan ditindaklanjuti dengan perbuatan yang diminati oleh pengirim.

3. Tidak ada hambatan yang berarti untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk menindaklanjuti pesan yang dikirim.

2. Sebutkan Faktor Yang Menentukan suatu komunikasi efektif..
             Jawaban :Faktor-Faktor yang menentukan komunikasi menjadi efektif. Keberhasilan komunikasi dapat ditinjau dari sudut komunikator dan komunikan. Faktor keberhasilan yang dapat menentukan komunikasi menjadi efektif dari segi komunikator adalah sebagai berikut:

a.    Kecakapan komunikator
Kecakapan yang harus dimiliki komunikator adalah mampu menyampaikan materi, pemilihan informasi/ data dan teknik berbicara maupun cakap membangkitkan minat pendengar, sehingga mampu menarik perhatian pendengar.

b.    Pengetahuan
Komunikator mempunyai pengetahuan yang luas, sehingga menguasai materi yang disampaikan.

c.     Sikap
Komunikator harus bersikap supel, ramah dan tegas.

d.    Sistem sosial
Komunikator harus mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi masyarakat dimana dia berbicara. Dengan demikian, komunikator akan mampu memahami dengan siapa dia berbicara dan bagaimana kebiasaannya.

e.    Kondisi lahiriah
Komunikator dengan kondisi fisik sehat dan tidak cacat akan menunjang keberhasilan dalam melakukan komunikasi.
Faktor keberhasilan dari sudut komunikan adalah sebagai berikut:

a.    Cakap
Komunikan yang cakap akan mudah mencerna materi yang diberikan oleh komunikator.

b.    Pengetahuan
Komunikan yang mempunyai pengetahuan luas akan cepat menerima informasi yang diberikan komunikator.

c.     Ramah
Komunikan harus ramah, pandai bergaul, supel terhadap komunikator agar tercipta proses komunikasi yang lancar.

d.    Sistem sosial
Komunikan harus memahami dengan siapa dia berbicara (bos, teman sejawat, orang kaya, orang biasa) dan memahami materi apa yang dibicarakan serta mampu menyesuaikan diri dengan pembicara.

e.    Kondisi lahiriah
Komunikan dengan fisik sehat akan menunjang keberhasilan berkomunikasi.
Agar komunikasi bisa efektif, ada 7 faktor yang harus diperhatikan (the seven communication) menurut Scott M. Cultip & Allen H. Center dalam bukunya Effective Public Relations, adalah sebagai berikut:

a.   Credibility (Kepercayaan)
Dalam komunikasi antara komunikator dan komunikan harus saling mempercayai, kalau tidak ada unsur saling mempercayai, komunikasi tidak akan berhasil, karena dengan tidak adanya rasa saling percaya akan menghambat komunikasi.

b.   Context (perhubungan/ pertalian)
Keberhasilan komunikasi berhubungan erat dengan situasi kondisi lingkungan saat komunikasi berlangsung.

c.   Content (isi)
Komunikasi harus dapat menimbulkan kepuasan antara kedua belah pihak, kepuasan ini akan tercapai apabila isi berita dapat dimengerti oleh pihak komunikasi dan sebaliknya pihak komunikan mau memberikan reaksi atau respons kepada pihak komunikator.

d.   Clarity (kejelasan)
Kejelasan yang meliputi kejelasan isi berita, kejelasan tujuan yang hendak dicapai, kejelasan istilah-istilah yang digunakan dalam menggunakan lambang-lambang.

e.   Continuity and consistency (kesinambungan dan konsisten)
Komunikasi harus dilakukan secara terus menerus dan informasi yang disampaikan jangan bertentangan dengan informasi terdahulu (konsisten).

f.    Capability of audience (kemampuan pihak penerima berita)
Pengiriman berita harus disesuaikan dengan kemampuan dan pengetahuan pihak penerima berita, jangan menggunakan istilah-istilah yang mungkin tidak dimengerti oleh penerima berita.

g.   Channels of distribution (saluran pengiriman berita)
Agar komunikasi berhasil, hendaknya dipakai saluran-saluran komunikasi yang sudah biasa digunakan dan sudah dikenal oleh umum. Misal: media cetak, televisi dan telepon.



Friday 25 October 2013

Kumpulan Kata-kata Perpisahan Sedih

Berikut ini adalah kumpulan kata kata perpisahan terbaru yang bisa kamu simak sebagai apresiasi kesedihan akibat perpisahan dengan orang yang kita sayangi..
sumber : http://eposlima.blogspot.com


Kumpulan kata kata perpisahan

Bukannya hati ini tak sakit dan bukannya hati ini tak hancur, bukan pula hati ini tak perih, namun hanya kepasrahan yang mengiringi

Cinta itu seperti crayon, warnailah hidup mu dengan sesukamu dengan cinta, hitam putih pun adalah warna cinta yang indah yang klasik namun abadi

Sejuta harapan akan terucap saat malam gelap bertabur bintang. Sejuta cinta akan tercurah saat hati gelap bertabur sayang

Perasaan memang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, perasaan hanya bisa diungkapkan dari hati ke hati" "Air mata membersihkan hati dari penyakit untuk membenci dan mengajari manusia untuk berbagi penderitaan dengan mereka yang patah hati. *Odith* 

Mereka yang tidak dapat mengingat masa lampau ditakdirkan untuk mengulanginya *George Santayana*

Manusia tidak dapat menuai cinta sampai dia merasakan perpisahan yang menyedihkan dan yang mampu membuka pikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan.

"Seseorang tidak melakukan hal yang benar di satu bagian kehidupannya sementara dia sibuk melakukan hal yang salah di bagian lain mana pun dari kehidupannya. Hidup adalah sebuah kesatuan yang tak terbagi-bagi" *Mahatma Gandhi*

Aku tetap berjalan meski perlahan
Aku akan mencoba kembali berlari meski tertatih..
Hidup tidak akan pernah terhenti.dan waktu tak akan mau menanti..
Aku akan kembali melukis mimpi hati..

"Bukannya hati ini tak sakit dan bukannya hati ini tak hancur, bukan pula hati ini tak perih, namun hanya kepasrahan yang mengiringi"

Tuhan menciptakan cinta bukan untuk menghancurkan jiwa..
Tuhan menciptakan kasih bukan untuk kita meratapi.
Tapi Sebagai teman hati yang akan membuat hidup semakin berarti..

saat ku meneteskan air mata
bukan berarti ku menangis karena cinta
tapi air mata itu menetes
ketika aku mulai melangkahkan kaki ini
untuk pergi meninggalkanmu walaupun tidak untuk selamanya.

sampai jumpa sayang
aku kan selalu merindukanmu
sampai bertemu di lain waktu

Ketika tiba saat perpisahan janganlah kalian berduka,
sebab apa yang paling kalian kasihi darinya
mungkin akan nampak lebih nyata dari kejauhan
seperti gunung yang nampak lebih agung terlihat dari padang dan dataran.

Senandung hati ku tak pernah mengatakan ‘sayang’ untukmu. Itu karena aku begitu sulit untuk memahami dirimu. Bila kau tau disini aku selalu mengharap kau mengerti aku

Ketika tiba saat perpisahan janganlah kalian berduka, sebab apa yang paling kalian kasihi darinya mungkin akan nampak lebih nyata dari kejauhan – seperti gunung yang nampak lebih agung terlihat dari padang dan dataran *Kahlil Gibran*

Seseorang tidak melakukan hal yang benar di satu bagian kehidupannya sementara dia sibuk melakukan hal yang salah di bagian lain mana pun dari kehidupannya. Hidup adalah sebuah kesatuan yang tak terbagi-bagi *Mahatma Gandhi* 

"Senandung hati ku tak pernah mengatakan ‘sayang’ untukmu. Itu karena aku begitu sulit untuk memahami dirimu. Bila kau tau disini aku selalu mengharap kau mengerti aku"

Tidak ada yang percuma..
Tidak ada yang sia2..
Meski semua telah berlalu..
Kenangan indah itu tetap membiru dihatiku..
 Aku tetap merindumu..
 Kamu tetap dalam hatiku..

"Ketika tiba saat perpisahan janganlah kalian berduka, sebab apa yang paling kalian kasihi darinya mungkin akan nampak lebih nyata dari kejauhan – seperti gunung yang nampak lebih agung terlihat dari padang dan dataran "*Kahlil Gibran*

Tidak ada yang berakhir..
Semua hanya diam tak berukir..
Kamu akan selalu ada
Membeku dalam relung jiwa..
Memberi damai dan semangat untuk tetap melangkah,,
Membuatku kembali mengisi sekat-sekat kosong hati dengan ribuan makna..

Demikian kata kata perpisahan kali ini, semoga bisa menjadi bacaan yang menginspirasi..

Friday 4 October 2013

, ,

Pemilihan Masalah dan Kerangka Teoritis Penelitian

Pemilihan Masalah dan Kerangka Teoritis Penelitian

Hasan Mustafa/2001

        Bagi sebagian besar peneliti, upaya penetapan masalah penelitian bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Beberapa peneliti, berdasarkan pengalaman mereka, menghabiskan beberapa hari atau bahkan minggu atau bulan untuk memikirkan masalah yang akan ditelitinya. Mengapa masalah penelitian tidak mudah ditemukan?. Pertama, karena masalah yang dipilih oleh peneliti seyogianya mampu memotivasi peneliti untuk bekerja keras dan penuh semangat. Kedua, masalah yang akan diteliti tidak hanya menarik bagi dirinya sendiri, melainkan juga bisa memperoleh penghargaan dari pihak lain. Ketiga, informasi atau data yang berkaitkan dengan masalah tersebut bisa harus diperoleh. Keempat, peneliti harus yakin bahwa dia mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang berkaitan dengan masalah yang dipilihnya.

      Masalah, dalam bahasa sehari-hari dan juga dalam konteks penelitian dapat diartikan banyak.

Pertama, kita mengatakan sesuatu hal adalah masalah jika hal tadi bersifat negatif. Sakit, lapar, rugi, kualitas buruk, kinerja tidak sesuai harapan, target tidak tercapai, dan lain sebagainya. Jadi jika seseorang ditanya “Ada masalah?”, dan jawabnya “tidak”, maka dia merasa tidak ada hal yang dianggapnya negatif.

 Kedua, masalah tidak selalu harus berarti yang “something wrong”, yang perlu segera ditanggulangi. Masalah dalam penelitian dapat saja “sekedar” berupa hal yang menarik untuk diteliti bukan karena “keburukannya”, tetapi justru karena “kebaikannya”, “kehebatannya”, atau “keunikannya”. Misalnya saja, ada sebuah organisasi yang menerapkan suatu sistem kerja baru yang berhasil meningkatkan kinerja organisasi tersebut, oleh karena itu sistem kerja baru tersebut menarik untuk diteliti, dan hal tersebut dapat dijadikan sebagai masalah penelitian.

 Ketiga, masalah juga  kadang diartikan sebagai topik atau isu suatu diskusi atau pembicaraan. Misalnya, tidak jarang kita mendengar orang berkata : “Masalah yang akan dibicarakan minggu depan adalah teknik memasak ikan”.
 Keempat, masalah juga banyak dimaknakan sebagai suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Jika seharusnya (harapan) pegawai masuk pukul 07.00 wib., namun kenyataannya sebagian besar mereka masuk pukul 08.00, maka di dalamnya ada masalah.

      Namun apa pun pengertian tentang masalah dalam penelitian, pada akhirnya pengertian tentang hal itu bermuara pada konsensus bahwa “apa pun yang ingin diketahui” oleh peneliti, itulah masalah penelitian. Peneliti perlu pula mampu membedakan antara simptom (symptom) dengan masalah. Misalnya, seorang manajer telah berupaya meningkatkan produktivitas dengan cara memperbesar upah perpotong produk yang dihasilkan, namun upaya tersebut kurang berhasil. Apa yang terjadi tersebut walau sudah menunjukan adanya masalah, namun bukan merupakan masalah yang sesungguhnya, melainkan merupakan “symptom” (tanda-tanda sesuatu sedang dalam kondisi buruk). Masalah yang seharusnya diteliti adalah faktor-faktor yang memang dianggap sebagai penyebab munculnya simptom tadi. Misalnya saja motivasi kerja, ketrampilan kerja, atau hal lainnya.

Sumber masalah
      Kadang kita bertanya pada diri kita sendiri :” Di mana saya bisa menemukan masalah yang sekiranya pantas untuk diteliti?” Ada beberapa tempat yang dapat dijadikan sebagai sumber masalah. Pertama adalah dari teori.[1] Seperti yang dikemukakan oleh Kerlinger (1973) : “Teori adalah seperangkat konstruk atau konsep, definisi, dan proposisi yang saling berkaitan satu sama lain, yang mampu mewakili pandangan yang sistematik tentang suatu gejala (phenomena) dengan cara menspesifikasikan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan dan memprediksi gejala tersebut”[2]
      Banyak teori yang relevan dalam bidang administrasi atau manajemen, misalnya teori motivasi dan kepemimpinan, perencanaan, pengendalian, struktur organisasi, budaya organisasi, dan teori-teori lainnya. Dari dalamnya dapat ditarik satu topik yang bisa dijadikan sebagai masalah penelitian. Teori adalah teori, bukan wadah dari kumpulan fakta. Artinya dalam teori terdapat generalisasi dan prinsip-prinsip yang dihipotesiskan yang perlu dibuktikan kebenarannya melalui penelitian ilmiah. Benarkah motivasi berkorelasi positif dengan kinerja?, benarkah perilaku yang diinginkan dapat muncul melalui penerapan “reward and punishment”?, benarkah gaya kepemimpinan partisipatif lebih efektif dibandingkan dengan gaya otoriter?.
     Sumber lain yang juga bermanfaat adalah berasal dari pengalaman pribadi peneliti.  Misalnya, seorang mahasiswa seringkali mengalami hambatan ketika harus berurusan dengan pegawai-pegawai dari sebuah instansi. Jarang sekali urusan yang diselesaikan oleh instansi tersebut tepat waktu. Kejadian tersebut (simptom) dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk menetapkan masalah penelitiannya. Jadi pengalaman-pengalaman praktis dapat juga merupakan sumber masalah penelitian.
     Sumber masalah lainnya adalah literatur  atau bahan-bahan bacaan ilmiah atau pun populer. Jurnal-jurnal, majalah, koran, atau bahkan laporan-laporan penelitian. Melalui informasi-informasi yang ditulis di media-media tertsebut, peneliti bisa menemukan sesuatu hal yang mungkin menarik untuk ditelitinya.
     Peneliti juga dapat menemukan masalah melalui interaksi dengan orang lain. Berbicang-bincang dengan pimpinan suatu organisasi, dengan pegawainya, dengan pengguna jasa organisasi tersebut. Penelitian tentang kepuasan pegawai, kepuasan pelanggan, dan komitmen organisasional, biasanya diawali dengan obrolan-obrolan santai, tanpa disengaja. 

Beberapa contoh topik/isu/masalah dalam penelitian administrasi atau manajemen :
1.     Perilaku pegawai : kinerja, ketidak-hadiran, turnover.
2.     Sikap pegawai : kepuasan kerja, loyalitas, dan komitmen pada organisasi.
3.     Kinerja atasan, gaya kepemimpinan, dan sistem penilaian kinerja.
4.     Validitas sistem seleksi dan penilaian kinerja.
5.     Budaya organisasi  dan proses sosialisasi
6.     Manajemen partisipatif dan efektivitas kinerja.
7.     Pola kerja alternatif : Job sharing, flexitime, part-time.
8.     Model Sistem Informasi Eksekutif.
9.     Keluhan pelanggan.
10.                        Loyalitas terhadap merek
11.                        Citra logo perusahaan.
12.                        Pengelolaan perbedaan budaya dalam organisasi multinasional.
13.                        Model matematik dalam mengukur efektivitas organisasi
14.                        Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
15.                        Sistem “just-in-time”, strategi “continous-improvement” dihubungkan dengan efesiensi produksi.
16.                        Perbedaan jender dalam kepemimpinan.
17.                        Disiplin kerja pegawai.

Mendefinisikan masalah.
Definisi masalah atau pernyataan masalah (problem statement) pada dasarnya merupakan pernyataan yang mampu menggambarkan sesuatu yang ingin diketahui oleh peneliti, dan melalui penelitiannya dia akan memperoleh jawabannya. Karena merupakan suatu keingin-tahuan, maka umumnya definisi masalah penelitian berbentuk kalimat tanya. Di bawah ini disajikan beberapa contoh :
·        Sejauh mana struktur organisasi dan jenis sistem informasi yang di – terapkan berpengaruh terhadap efektivitas pengambilan keputusan ?
·        Sejauh mana cara advertensi yang baru dilakukan mampu mencipta-kan citra organisasi yang berorientasi pada pelanggan?
·        Komponen-komponen apa yang ada dalam kualitas kehidupan kerja?
·        Bagaimana akibat merger terhadap struktur organisasi?
·        Apakah ada hubungan antara jumlah gaji yang diterima pegawai dengan kedisipinan kerja mereka?
·        Bagaimana organisasi melaksanakan seleksi pegawai?
·        Sejauhmana efektivitas program pelatihan yang dilakukan organisasi?
·        Sejauhmana wanita dapat menduduki posisi kunci dalam organisasi ?
·        Bagaimana tingkat kepuasan pegawai?
·        Benarkah pegawai wanita lebih disiplin dibanding dengan pegawai pria?

Kerangka Kerja Teoritis
    Kerangka kerja teoritis merupakan dasar dari keseluruhan proyek penelitian. Di dalamnya dikembangkan, diuraikan dan dielaborasi hubungan-hubungan di antara variabel-variabel yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara. Observasi, dan juga studi literatur. Menurut Uma Sekaran (1984), yang dimaksud dengan “kerangka kerja teoritis adalah model konseptual yang menggambarkan hubungan di antara berbagai macam faktor yang telah diidentifikasikan sebagai sesuatu hal yang penting bagi suatu masalah.“[3]. Dengan kata lain, kerangka kerja teoritis membahas keterhubungan antar variabel yang dianggap terintegrasikan dalam dinamika situasi yang akan diteliti. Melalui pengembangan kerangka kerja konseptual, memungkinkan kita untuk menguji beberapa hubungan antar variabel, sehingga kita dapat mempunyai pemahaman yang komprehensif atas masalah yang sedang kita teliti.
     Kerangka kerja teoritis yang baik, mengidentifikasikan dan menyebutkan variabel-variabel penting yang terkait dengan masalah penelitian. Secara logis menguraikan keterhubungan di antara variabel tersebut. Hubungan antara variabel independen dengan dependen, dan kalau ada, variabel moderator dan juga intervening akan dimunculkan. Hubungan tersebut tidak hanya digambarkan, melainkan juga diterangkan secara rinci. Seringkali, kerangka kerja teoritis dikenal dengan model, karena model juga merupakan representasi dari hubungan antara konsep-konsep.
     Ada lima komponen dasar yang seharusnya ditampakan dalam kerangka kerja teoritis.
1.     Variabel-variabel yang dianggap relevan untuk diteliti harus diidentifikasi secara jelas dan diberi label.
2.     Harus ada penjelasan tentang bagaimana hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.
3.     Harus juga ada penjelasan apakah hubungan antar variable tersebut positif atau negatif.
4.     Harus disertakan diagram sebagai visualisasi, agar pembaca lebih mempunyai gambaran.

Contoh [4]
Masalah :
Walaupun telah terjadi perubahan yang dramatis dalam hal jumlah manajer wanita dalam dekade sekarang, namun jumlah wanita yang menduduki jabatan manajerial puncak ternyata sangat sedikit. Hal ini cocok dengan pandangan “a glass ceiling effect” (Morrison, White, VanVelsor, 1987) – satu hambatan yang tidak kentara, yang mencegah wanita untuk maju menduduki tingkat manajerial puncak. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengidentifikasi faktor-faktor organisasional yang merintangi wanita menduduki jabatan manajerial puncak.

Studi literatur
Sebelum menyusun kerangka kerja teoritis, peneliti melakukan studi literatur terlebih dahulu. Hasilnya sebagai berikut : Seringkali yang dijadikan alasan mengapa wanita tidak atau sangat sedikit menduduki jabatan puncak,  adalah karena baru sekarang mereka masuk ke jenjang manajerial. Artinya belum waktunya wanita sampai di puncak karier. Namun banyak wanita yang sekarang menduduki tingkat manajerial menengah merasa bahwa paling tidak ada dua unsur penghambat kemajuan karier wanita, yaitu : stereotype peran jender dan kekurangan akses informasi penting yang dimiliki wanita. (Crosby, 1985; Welch, 1980) 
Stereotype peran jender, atau stereotype peran berdasarkan jenis kelamin adalah keyakinan masyarakat bahwa laki-laki lebih cocok menduduki posisi pemimpin yang harus memiliki kekuasaan dan wewenang, sedangkan wanita lebih cocok menjadi pengasuh dan mempunyai peran membantu orang lain. (Eagly, 1989; Kahn & Crosby, 1985). Kepercayaan atau keyakinan ini mempengaruhi posisi yang akan diberikan kepada setiap anggota organisasi. Laki-laki yang cakap diberi posisi lini dan dikembangkan untuk mengambil tanggungjawab posisi eksekutif, dan wanita yang cakap diberikan posisi staf dan “dead-end-jobs”.  Wanita juga seringkali dijauhkan dari jaringan kerja para “old-boys”, karena alasan jenis kelaminnya. Pertukaran informasi, strategi pengembangan karier, akses pada sumber-sumber daya penting, dan beberapa informasi penting untuk mobilitas ke atas, tidak diperoleh para pekerja wanita.

Kerangka-kerja teoritis.
Variabel utama penelitian ini adalah dependen variabel, yaitu “kemajuan wanita ke posisi manajerial puncak”. Dua variabel independen yang mempengaruhi dependen variabel adalah “stereotype peran jender” dan “akses pada informasi penting”. Perlu juga dicatat bahwa di antara dua variabel independen, juga berhubungan.

a. Stereotype peran jender mempunyai dampak yang merugikan terhadap kemajuan karier wanita. Karena wanita dipandang sebagai pemimpin yang tidak efektif, namun sebagai pengasuh yang baik, maka mereka tidak diberi posisi lini, melainkan staf. Hanya di  posisi lini seorang manajer bisa membuat keputusan berarti, mengendalikan anggaran, dan berinteraksi dengan pimpinan yang lebih atas. Kesempatan baik untuk belajar, tumbuh dan berkembang dalam pekerjaan, dapat membantu para manajer lini untuk maju ke arah posisi puncak manajerial. Namun, karena wanita ada di posisi staf, maka mereka tidak mempunyai kesempatan untuk menjadi “key people” dalam organisasi. Oleh karena itu kemajuan wanita untuk mencapai posisi puncak tidak pernah dipertimbangkan oleh sistem yang ada, dan mereka selalu terlewati. Dengan demikian stereotype peran jender telah menghambat kemajuan wanita menuju puncak karier.

b. Dengan tersisihkannya wanita dari jaringan kerja di mana para pria sering berinteraksi secara informal di padang golf, pubs, café, dan lain sebagainya, wanita kehilangan berbagai informasi penting bagi kemajuan karier mereka. Misalnya, banyak perubahan organisasional dan kejadian-kejadian yang penting dibicarakan oleh para pria secara informal di luar tatanan kerja. Wanita umumnya sering kali tidak tahu perkembangan mutakhir organisasi karena mereka bukan merupakan bagian dari kelompok informal tadi. Hal ini sudah tentu merupakan hambatan.

c. Stereotype peran jender juga menghalangi akses perolehan informasi penting. Jika wanita tidak dipertimbangkan untuk menjadi pengambil keputusan, namun melulu dipandang sebagai pegawai penunjang, mereka tidak akan diberi informasi yang penting, karena dianggap kurang relevan bagi mereka.  

Hubungan di antara ketiga variabel tersebut digambarkan dalam diagram di bawah ini :


Dari kerangka kerja teoritis di atas dapat ditarik beberapa hipotesis :

1.     Makin banyak penganut stereotype peran jender dalam organisasi, makin sedikit jumlah wanita yang menduduki posisi manajerial puncak

2.     Dalam jenjang manajerial yang sama, manajer pria mempunyai akses informasi penting lebih banyak daripada manajer wanita.

3.     Ada hubungan positif yang signifikan di antara akses pada informasi dengan kesempatan promosi ke posisi manajerial puncak.

4.     Antara stereotype peran jender dan akses pada informasi penting mempunyai korelasi negatif.


5.     Stereotype peran jender dan akses pada informasi penting, keduanya secara signifikan mempunyai korelasi dengan kesempatan wanita menduduki posisi manajerial puncak.



Daftar Bacaan :
Gay, L.R & Diehl, P.L. Research Methods for Business and management, 1992
Kerlinger, Fred N, Foundatios Of Behavioral Research, Second Edition, 1973.
Sekaran, Uma, Research Methods for Business, A Skill Building Approach, Second Edition, 1984.
  

Latihan-latihan

 Pelajari situasi di bawah ini :

1. Seorang manajer menemukan fakta bahwa pelatihan yang dilakukan di luar ruangan mempunyai dampak relatif besar terhadap produktivitas pegawai di departemennya. Namun, dia juga mengamati bahwa bagi pegawai yang berusia di atas lima puluh tahun, pelatihan tersebut kurang berpengaruh terhadap produktivitas kerja mereka.

2. Seorang mahasiswa yang akan melakukan penelitian mengamati perilaku pekerja pabrik di departemen pengepakan.  Agar pekerjaannya dapat dilakukan dengan baik, pekerja di bagian itu harus berinteraksi satu sama lainnya. Sehabis bekerja, biasanya mereka berkumpul, minum bersama di sebuah café yang ada di sekitar pabrik. Makin intensif interaksi ketika mereka bekerja, makin lama mereka berada di café. Namun, walaupun interaksi kerja di antara pegawai wanita juga intensif, mereka tidak suka berlama-lama berada di café.

Gambarkan hubungan di antara variabel yang terdapat dalam situasi 1 dan 2 di atas, dan sebutkan jenis variabelnya.


Situasi 3 :
Manajer dari sebuah perusahaan air mineral mengamati bahwa semangat kerja pegawai di perusahaannya rendah. Dia berpikir, jika kondisi kerja, skala upah, dan tunjangan cuti diperbaiki, maka semangat kerja mereka bisa lebih baik. Namun dia juga ragu bahwa perbaikan skala upah akan mampu menaikan semangat kerja semua pegawai. Dia menduga, pegawai yang mempunyai “penghasilan sampingan”, kurang tertarik pada perbaikan skala upah. Namun bagi yang tidak mempunyai penghasilan sampingan, mereka akan bahagia dan akibatnya semangat kerjanya meningkat.

Susun kerangka kerja teoritis situasi ke 3 di atas. Gambarkan diagram atau model situasi tersebut. 





[1] Gay, L.R & Diehl, P.L., Research Methods for Business and Management, 1992
[2] Fred Kerlinger, Foundations of Behavioral Research, 1973 – Terjemahan penulis
[3] Uma Seakaran, Research Methods for Business, A Skill Building Approach, Second Edition, 1984 – terjemahan penulis
[4] Disadur dari buku Research Methods for Business, Uma Sekaran 1984, halaman 85 - 87

Thursday 3 October 2013

Contoh Surat Permohonan Kerja

seting margin 2.54 cm. Atas, samping, bawah, kanan.
kertas A4.
tinggal di copy saja.
terimaksih.

======================================================
Banda Aceh, 7 Oktober 2013
Yang Terhormat,
Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu ( BP2T ) Aceh
Di –
Banda Aceh

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
N a m a                  : Muhammad Fauzarrahmanraju
Tempat/Tgl.lahir     : Seunuddon, 12 april 1986
Tahun Lulusan         : 29 Agustus 2009
Alamat                   : Punge Jurong Banda Aceh
Hp                         : 0852*******
Sebagai bahan persyaratan turut saya lampirkan 2 (dua) rangkap kelengkapan berkas sebagai berikut :
1.    Surat Permohonan
2.    Foto Copy Ijazah yang dilegalisir
3.    Foto Copy Transkrib nilai yang dilegalisir
4.    Foto Copy KTP
5.    Surat Keterangan-keterangan Dari Dokter
6.    Pas Photo Warna 3 X 4 ( 2 lembar )
Demikian surat permohonan ini saya ajukan untuyk dapat dikabulkan hendaknya, atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.


   Hormat Saya





     ( RAJU )