PENGERTIAN ZOONOSIS
Penyakit zoonosa adalah
penyakit yang ditularkan oleh hewan ke manusia dan sebaliknya dari manusia ke
hewan. Penyakit zoonosa umumnya bersifat fatal dan dapat menimbulkan kematian.
Kemunculan tak terduga dari penyakit zoonosa juga memunculkan
istilah emerging zoonosis. Istilah ini dapat didefinisikan secara luas
sebagai kejadian penyakit zoonosa dengan :
1) agen penyakit yang
dikenal dan muncul pada area geografik yang berbeda.
2)
agen penyakit telah dikenal atau kerabat dekatnya dan menyerang hewan yang
sebelumnya tidak rentan
3)
agen penyakit yang belum dikenal sebelumnya dan terdeteksi untuk pertama
kalinya.
Sedangkan re-emerging
zoonosis adalah penyakit zoonosa yang pernah mewabah dan sudah mengalamai
penurunan intensitas kejadian namun mulai menunjukkan peningkatan kembali.
Penyakit zoonosa diklasifikasikan dalam
beberapa kategori :
a. Berdasarkan
reservoir utama
- Anthropozoonosis
- Zooanthroponosis
- Amphixenosis
b. Berdasarkan
agen penyebab
- Virus
- Chlamydia dan Ricketsia
- Bakteri
-
Parasit
- Jamur
c. Berdasarkan
cara penularannya
- Zoonosis
langsung
- Siklo
zoonosis
- Meta
zoonosis
- Saprozoonosis
MEKANISME PENULARAN PENYAKIT
ZOONOSA
Reservoir alamiah
dari B. abortus adalah sapi, B. suis adalah babi,
B. melitensis adalah kambing/domba.
Inang alamiah dari B. canis adalah anjing dan B. ovis adalah
domba.
a) Infeksi
pada manusia
Manusia dapat
terinfeksi secara langsung maupun tidak langsung melalui produk hewan seperti
keju dan susu mentah ataupun lewat inhalasi agen melalui udara. Model transmisi
dan alur penetrasi tergantung dari epidemiologi wilayah, hewan reservoir, dan
kelompok pekerja yang terpapar. Terjadinya transmisi secara kontak diawali pada
wilayah yang bersifat enzootik. Kelompok yang dianggap berisiko terkena adalah
pekerja di RPH, pedagang, dan dokter hewan. Infeksi biasanya terjadi saat
penanganan fetus atau kontak dengan sekresi vagina, ekskreta, dan karkas yang
terinfeksi lalu mikroorganisme , serta melalui kulit yang luka/abrasi.
b) Infeksi
pada sapi
Sumber utama infeksi
pada sapi adalah cairan fetus, sisa – sisa setelah melahirkan, dan cairan vagina.
Jalur masuk utama infeksi pada sapi adalah melalui oral lewat (pakan dan air
yang terkontaminasi), kulit yang luka, inhalasi, dan secara kongenital
(fenomena laten) seperti dari induk ke fetus atau melalui air susu induk. Namun
pada jalur kongenital masih harus dievaluasi lebih mendalam.
c) Infeksi
pada babi
Prinsip sumber infeksi
sama seperti sapi. Rute infeksi melalui kontak seksual secara alamiah dimana
pejantan yang terinfeksi brucellosis mengawini betina sehat, melalui rute oral
(digesti) dari berbagai macam makanan yang diberikan kepada babi, secara
inhalasi dan melaui konjungtiva.
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
Karena tidak efektifnya
tindakan pengobatan, maka sangat disarankan tindakan pencegahan yang meliputi :
a)
Melakukan kontrol dan eradikasi terhadap
hewan reservoir. Ternak yang didiagnosis brucellosis harus segera dipisahkan
dipisahkan dan jika ada kejadian abortus, fetus, dan membran fetus harus segera
dikirim ke laboratorium untuk diuji. Kemudain tempat didesinfeksi dan semua material
terkontaminasi harus dibakar.
b)
Mengkonsumsi produk asal hewan yang
higienis dan terjamin mutu seperti susu yang dipasteurisasi
c)
Menggunakan perlengkapan kerja sesuai
standar keamanan dan bekerja dibawah pengawasan dokter hewan pada kelompok
rawan infeksi seperti peternak sapi, pekerja RPH, dan dokter hewan itu sendiri.
d)
Vaksinasi kepada kelompok rawan tertular
seperti dokter hewan, pekerja kandang, pemerah susu, dan pekerja di RPH.
e)
Vaksinasi pada daerah endemis
(prevalensi <2%) serta melakukan pengujian dan pemotongan (test and
slaughter) pada daerah dengan prevalensi > 2%. Vaksin menggunakan strain 19
atau strain 45/20. Vaksinasi tidak berlaku untuk sapi betina bunting. Vaksinasi
pada sapi betina diatas umur 4 bulan sedangkan vaksinasi tidak dilakukan pada
sapi jantan karena dapat menurunkan fertilitas
f)
Pada daerah yang bebas brucellosis
(seperti Bali dan Lombok) melakukan lalu lintas pada ternak secara ketat.