Monday, 1 June 2015

, ,

Penyebab dan akibat pencemaran air dan cara penanggulangannya

    Penyebab Dan Akibat Pencemaran Air

a.       Penyebab.
Adapun penyebab-penyebab yang dapat menimbulkan pencemaran pada air adalah sebagai berikut  :

1. Penyebab alami yang pada dasarnya tidak dapat dihindari oleh makhluk di bumi. Yakni meningkatnya kadar nutrien atau kandungan zat organik hasil pencernaan makhluk dan hasil metabolisme, hal ini yang nantinya akan mengakibatkan terjadinya eutrofikasi, proses ini terjadi dalam jangka waktu yang lama bahkan ribuan tahun. Jika air sudah tersedia saat terbentuknya bumi, maka saat ini mungkin sudah mencapai jutaan tahun. Pantaslah pencemaran air sudah terjadi di mana-mana.

2. Sampah organik dapat menjadi penyebab terjadinya pencemaran di air, sampah organik yang menumpuk diselokan-selokan akan menimbulkan cairan berbau yang lebih dikenal sebagai air comberan, dampaknya sangat buruh bagi kehidupan, hal ini bisa anda amati bahwa disekitar air comberan berada pasti disana sedikit bahkan tidak ada tumbuhan yang tumbuh apalagi ikan palingan cacing atau jentik nyamuk.

3. Limbah pabrik yang tidak disaring, limbah menjadi hal yang sangat menakutkan jika menyebar ke hulu air dan digunakan oleh manusia. Pencemaran Air oleh limbah sangat berbahaya karena mengandung banyak unsur kimia yang bukan hanya merusak organ dalam juga akan merusak bagian luar

4. Di daerah sungai, danau atau lautpun pencemaran air dapat terjadi oleh karena sebab manusia yang menangkap ikan dengan menggunakan bahan peledak. Unsur kandungan kimia di bahan peledak itu yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air.

Setelah anda mengetahui penyebab dari pencemaran ini, maka andapun harus mengetahui akibat pencemaran air.


, ,

Apa itu penyakit zoonosa atau sering di sebut dengan penyakit zoonosis

     PENGERTIAN ZOONOSIS

Penyakit zoonosa adalah penyakit yang ditularkan oleh hewan ke manusia dan sebaliknya dari manusia ke hewan. Penyakit zoonosa umumnya bersifat fatal dan dapat menimbulkan kematian. Kemunculan tak terduga dari penyakit zoonosa juga memunculkan istilah emerging zoonosis. Istilah ini dapat didefinisikan secara luas sebagai kejadian penyakit zoonosa dengan :
1) agen penyakit yang dikenal dan muncul pada area geografik yang berbeda.
2) agen penyakit telah dikenal atau kerabat dekatnya dan menyerang hewan yang sebelumnya tidak rentan
3) agen penyakit yang belum dikenal sebelumnya dan terdeteksi untuk pertama kalinya.
Sedangkan re-emerging zoonosis adalah penyakit zoonosa yang pernah mewabah dan sudah mengalamai penurunan intensitas kejadian namun mulai menunjukkan peningkatan kembali.
Penyakit zoonosa diklasifikasikan dalam beberapa kategori :
a.       Berdasarkan reservoir utama
-          Anthropozoonosis
-          Zooanthroponosis
-          Amphixenosis
b.      Berdasarkan agen penyebab
-          Virus                -  Chlamydia dan Ricketsia
-          Bakteri             -  Parasit
-          Jamur
c.       Berdasarkan cara penularannya
-          Zoonosis langsung
-          Siklo zoonosis
-          Meta zoonosis
-          Saprozoonosis


       MEKANISME PENULARAN PENYAKIT ZOONOSA

Reservoir alamiah dari  B. abortus  adalah sapi,  B. suis  adalah babi,  B. melitensis  adalah  kambing/domba. Inang alamiah dari B. canis adalah anjing dan B. ovis  adalah domba.

a)      Infeksi pada manusia
Manusia dapat terinfeksi secara langsung maupun tidak langsung melalui produk hewan seperti keju dan susu mentah ataupun lewat inhalasi agen melalui udara. Model transmisi dan alur penetrasi tergantung dari epidemiologi wilayah, hewan reservoir, dan kelompok pekerja yang terpapar. Terjadinya transmisi secara kontak diawali pada wilayah yang bersifat enzootik. Kelompok yang dianggap berisiko terkena adalah pekerja di RPH, pedagang, dan dokter hewan. Infeksi biasanya terjadi saat penanganan fetus atau kontak dengan sekresi vagina, ekskreta, dan karkas yang terinfeksi lalu mikroorganisme , serta melalui kulit yang luka/abrasi.

b)      Infeksi pada sapi
Sumber utama infeksi pada sapi adalah cairan fetus, sisa – sisa setelah melahirkan, dan cairan vagina. Jalur masuk utama infeksi pada sapi adalah melalui oral lewat (pakan dan air yang terkontaminasi), kulit yang luka, inhalasi, dan secara kongenital (fenomena laten) seperti dari induk ke fetus atau melalui air susu induk. Namun pada jalur kongenital masih harus dievaluasi lebih mendalam.

c)      Infeksi pada babi
Prinsip sumber infeksi sama seperti sapi. Rute infeksi melalui kontak seksual secara alamiah dimana pejantan yang terinfeksi brucellosis mengawini betina sehat, melalui rute oral (digesti) dari berbagai macam makanan yang diberikan kepada babi, secara inhalasi dan melaui konjungtiva.






       PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

Karena tidak efektifnya tindakan pengobatan, maka sangat disarankan tindakan pencegahan yang meliputi :
a)            Melakukan kontrol dan eradikasi terhadap hewan reservoir. Ternak yang didiagnosis brucellosis harus segera dipisahkan dipisahkan dan jika ada kejadian abortus, fetus, dan membran fetus harus segera dikirim ke laboratorium untuk diuji. Kemudain tempat didesinfeksi dan semua material terkontaminasi harus dibakar.

b)            Mengkonsumsi produk asal hewan yang higienis dan terjamin mutu seperti susu yang dipasteurisasi

c)            Menggunakan perlengkapan kerja sesuai standar keamanan dan bekerja dibawah pengawasan dokter hewan pada kelompok rawan infeksi seperti peternak sapi, pekerja RPH, dan dokter hewan itu sendiri.

d)           Vaksinasi kepada kelompok rawan tertular seperti dokter hewan, pekerja kandang, pemerah susu, dan pekerja di RPH.

e)            Vaksinasi pada daerah endemis (prevalensi <2%)  serta melakukan pengujian dan pemotongan (test and slaughter) pada daerah dengan prevalensi > 2%. Vaksin menggunakan strain 19 atau strain 45/20. Vaksinasi tidak berlaku untuk sapi betina bunting. Vaksinasi pada sapi betina diatas umur 4 bulan sedangkan vaksinasi tidak dilakukan pada sapi jantan karena dapat menurunkan fertilitas


f)             Pada daerah yang bebas brucellosis (seperti Bali dan Lombok) melakukan lalu lintas pada ternak secara ketat.